Aku punya sejuta alasan untuk berhenti memikirkanmu. Namun,
aku pun memunculkan jutaan alasan lain untuk mengingatmu kembali. Aku tau bahwa
selama ini kamu tidak pernah benar-benar mencintaiku, di saat kamu adalah
seluruh yang pernah aku upayakan untuk bertahan. Aku tau bahwa bagimu aku
tidaklah lebih dari pengisi waktumu yang kosong, disaat kamu adalah seluruh
yang selalu aku pinta pada Tuhan.
Aku tidak punya alasan untuk membuatmu berdiri sebagai pihak
yang benar, tapi aku selalu mampu dengan mudahnya menyalahkan diriku sendiri
atas segala janji yang tidak kamu tepati. aku tidak punya alasan untuk memberimu
kesempatan maaf,tetapi aku justru selalu lebih sulit memaafkan diriku sendiri
karna membiarkanmu menyakitiku.
Aku tidak pernah memintamu untuk datang, tapi kamu pergi
membawa seluruh yang aku miliki untuk tetap bertahan menjadi diriku sendiri. Kamu
adalah luka yang tak juga mampu terlupa. Kamu adalah tangis yang belum juga
bosan mengiris. Kamu membuat esokku berhenti di kemarin dan tak pernah mampu
beranjak kemana-mana. Kamu mampu membuat segala yang warna warni menjadi tidak
menarik lagi.
Dan, bagian terburuk dari semuanya adalah kamu mampu
membuatku terus bertanya-tanya hal apa yang sudah salah mengalir di dalam
diriku sehingga aku pantas dilupakan dengan cara yang begitu buruk. Kamu berhasil
membuatku terus meyakini bahwa tidak pernah ada seseorang yang mampu menerima segala kekuranganku
sebagai manusia—karna kamu saja tidak bersedia. Sampai segalanya benar-benar
berhenti berputar.
Bagaimana aku bisa dengan suka cita menyayangimu tanpa
sempat berpikir, bahwa tentu saja kamu selalu memiliki pilihan untuk tidak menyayangiku
lagi dikemudian hari.