Rabu, 18 Juni 2014

Tanpa Kabar Darimu

Sekarang aku harus membiarkan diri untuk bernapas tanpa perhatianmu. Aku mengawali hari, sambil menatap ponselku yang sepi tanpa kabar darimu. Aku mencoba menerima kenyataan ini, sebagai gadis yang bukan siapa-siapamu, aku tak bisa menutut banyak. Aku hanya bisa mencintaimu dari sini dan jika rindu, yang kulakukan hanya satu… membaca ulang pesan singkat kita.

pagi tadi, aku melawan panasnya udara untuk mengurus banyak hal yang tak pernah kutau. aku berkeliling dari bank mandiri hingga bca, dari ujung universitas A hingga universitas B. Sambil tetap berharap kau manyapaku barang sedetik saja, entah mengucap halo atau mengingatkan agar tidak telat makan, atau mungkin berkata rindu setelah beberapa hari kita tak bertemu.

Abaikan itu semua, sayang, kautau sejak awal aku adalah wanita yang tahan banting disakiti berkali-kali jika sudah terlalu mencintai. Namun, semakin lama, semakin kusadari, mencintaimu adalah ketololan yang harusnya tak kulanjutkan. Aku harusnya tak perlu seberlebian ini, tak perlu memimpikanmu agar memiliki perasaan yang sama. Tak perlu sayang. Lupakan gadis tolol yang masih umur belasan ini, lupakanlah bahwa kita pernah berada dalam keadaan baik-baik saja, lupakanlah semua kata cinta dan rindumu itu. Bualanmu yang harusnya tak kupercyai dari awal.

Aku terlalu meyakinkan diriku bahwa suatu saat  nanti kau adalah sosok yan akan membahagiakanku. Aku telah memimpikan banyak hal, kau akan membawakan matahari untukku dan mengusir semua mendung yang menutupi hariku. Kau akan bawa aku ke langit paling cerah, membawaku terbang, melihat betapa di kotaku ini masih ada bunga-bunga yang bisa membuat kita tersenyum. Kamu akan membawaku pulang ke hatimu dan kita membuat daftar mimpi baru untuk kita wujudkan bersama, namun aku salah, sayang, kamu tidak sehebat itu. Kamu tak cukup hebat untuk ku perjuangkan mati-matian.

Siang tadi, sepulang mengurus tugas-tugas yang menguras tenagaku, aku masih menatap ponsel berkali-kali, berharap itu kamu yang mungkin saja sama rindunya denganku. Sayang, kautau aku ini gadis yang senang marah-marah tapi dalam hati ini ada rindu yang ingin ikut meledak dalam amarah. Seperti janji-janji kita pada setiap percakapan telepon, suatu hari nanti, entah kapan Tuhanmu mau inginkan hal itu terjadi, kita pasti akan menemukan jawabannya dan jawaban itu adalah kamu. Tapi, aku tak tau kapan saat itu datang, aku tidak tau harus bersabar berapa lama lagi. Aku tak tau harus menunggumu sampai kapan lagi.

Jemari ini telah mencoba menyentuh hatimu yang dingin. Kaki ini telah tak sanggup lagi melangkah karena enggan kau bawa lari jauh-jauh lagi, aku takut di persimpangan jalan sana, kau akan meninggalkanku, mengejar tujuanmu sendiri tanpa kmenyertakan aku dalam langkahmu. Adakah kautau sayang, gadis yang selalu menunggumu pulang ini tak akan secerewet ini jika sehari saja kaukabari dia, kau sapa dia, kau beri sedikit cium meskipun cium itu masih berbentuk emoticon dan tulisan.

Aku sendiri kesepian, aku kehilangan senyumku, senyumku seakan-akan tergantung pada kehadiranmu. Kaujauh di sana kau juga lupa ada yang diam-diam mendoakanmu, menitikan air matanya, saat berkali-kali namamu tak absen dalam doanya.


Kamu jangan diemin aku ya.. aku kangen kamu, kangen kita, kangen semua. Tolong jangan pergi lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar